Info Terbaru 2022

Contoh Khutbah Idul Adha Yang Baik Dan Benar

Contoh Khutbah Idul Adha Yang Baik Dan Benar
Contoh Khutbah Idul Adha Yang Baik Dan Benar
Contoh Khutbah Idul Adha Yang Baik dan Benar -  Mediapidato.com pada kesempatan kali ini akan mengembangkan Contoh Khutbah Idul Adha (Hari Raya Qurban) yang bisa anda gunakan ketika anda dipercaya menjadi khotib.  Nah, berikut ini Contoh Khutbah Idul Adha bisa anda lihat selengkapnya di bawah ini :

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3)اللهُ اَكبَرْ (×3
اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ
اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jamaah Shalat Idul Adha yang dimuliakan Allah.
Segala sanjungan puja dan puji syukur hanyalah kepada Allah SWT., atas segala karunia kenikmatan yang kita terima dalam jumlah yang begitu besar sehingga kita bisa hadir pada pagi hari yang agung ini untuk melaksanakan shalat Idul Adha. Kehadiran kita pagi ini bersamaan dengan kehadiran sekitar empat juta jamaah haji dari segala penjuru dunia yang sedang menuntaskan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Suara mereka bertaut dengan bunyi kita, sambung-menyambung di angkasa raya dalam pujian, takbir, tahlil dan tahmid. Ini alasannya yaitu kita semua disatukan dalam nikmat terbesar yang diberikan Allah SWT, yakni nikmat Iman dan Islam.
اللهُ اَكْبَرْ (3×)
Kaum Muslimin RahimakumuLlah.
Prosesi manasik dalam ibadah haji dan perayaan ‘Idul Adha tidak terlepas dari penapak tilasan dan mengenang kembali seorang Manusia Agung yang diutus oleh Allah SWT. sebagai nabi dan rasul, yakni Nabi Ibrahim AS, yang juga diangkat oleh Allah sebagai Imam/pemimpin untuk menjadi panutan seluruh alam hingga final zaman. Keagungan langsung nabi Ibrahim beserta keluarga dan pengikutnya, serta keteguhannya dalam berjuang menegakkan dakwah tauhid dan pemurnian loyalitas insan kepada Allah, menciptakan kita bahkan Nabi Muhammad harus bisa mengambil keteladanan darinya. Allah SWT. berfirman:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kau dan dari apa yang kau sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah aktual antara kami dengan kau kebencian dan permusuhan buat selama-lamanya hingga kau beriman kepada Allah saja..” (QS 60:4).

Banyak hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; dalam khutbah yang singkat ini akan kami sampaikan tiga hal yang menjadi kode bagi kaum Muslimin untuk mewujudkannya dalam realitas kehidupan, apalagi bagi kita, kaum muslimin bangsa Indonesia yang masih harus terus berjuang untuk mengatasi banyak sekali masalah besar yang menghantui kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pertama, berguru dari profil kehidupan Nabi Ibrahim AS. menciptakan kita harus memperlihatkan kepedulian yang lebih besar terhadap kesinambungan generasi yang sanggup memperjuangkan tegaknya nilai-nilai kebenaran. Hal ini alasannya yaitu ketika usia Nabi Ibrahim sudah semakin tua, kerinduannya pada generasi penerus usaha menjadi semakin besar, dan ia pun harus berdo’a semoga Allah SWT. menganugerahkan kepadanya keturunan yang shaleh. Beliau menyampaikan dalam sebuah do’anya:

(رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ * الصافات: 100)

” Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang yang shaleh”

Kondisi generasi muda kita kini boleh dibilang cukup memprihatinkan. Kasus-kasus perzinahan, pemerkosaan, pembunuhan, perkelahian/tawuran, pencurian, narkoba, AIDS, dan banyak sekali kasus kriminal lainnya yaitu kasus-kasus yang banyak dilakukan oleh generasi muda kita.

Satu hal yang harus kita ingat bahwa anak merupakan anugerah sekaligus amanah. Sebagai anugerah dari Allah SWT, maka setiap orang bau tanah harus mensyukuri kehadiran sang anak, apapun jenis kelaminnya dan bagaimanapun keadaan anak itu. Dalam kaitan dengan anak sebagai generasi pelanjut, bahwa anak merupakan amanah dari Allah SWT yang dilarang disia-siakan, anak selanjutnya harus dididik dengan sebaik-baiknya sebagaimana Nabi Ibrahim dan Siti Hajar telah mendidik puteranya Ismail dengan sedemikian baik. Sebagai seorang isteri dari seorang suami yang aktif berjuang di jalan Allah dan meninggalkannya di satu lembah yang tandus dan tak berpenghuni, Siti Hajar memperlihatkan perhatian kepada anaknya, Ismail dengan begitu baik, sehingga meskipun ia harus berusaha mencari rezki sendiri yang dalam hal ini yaitu mencari air, ia pergi hingga ke bukit Shafa, namun ia khawatir pada anaknya, maka ia pun berjalan kembali untuk melihat anaknya. Ketika dilihat anaknya dalam keadaan baik, ia pun menuju Marwa. Inilah yang kemudian disebut dengan Sa’I dari Shafa ke Marwa sebanyak tujuh kali. Di samping itu Allah SWT juga mengabadikan perhatian dari orang bau tanah yang begitu besar kepada anaknya ini dengan apa yang dikenal dengan Hijir Ismail, alias pangkuan Ismail, suatu daerah yang begitu mulia di Ka’bah yang di situlah dahulu Ismail diasuh, dididik dan dibesarkan dalam pangkuan ibundanya, Siti Hajar.

Untuk bisa melahirkan generasi yang shaleh, yang harus menjadi shaleh terlebih dahulu yaitu kita sebagai orang tuanya. Sangat jarang terjadi orang bau tanah mendambakan anaknya menjadi shaleh sementara ia sendiri tidak shaleh. Hal ini alasannya yaitu mendidik anak harus dimulai dengan keteladanan yang baik dari lingkungan keluarganya, karenanya bagaimana mungkin orang bau tanah bisa mendidik anak-anaknya dengan baik kalau ia sendiri tidak bisa memberi pola yang baik. Perhatian dan kepedulian terhadap kaderisasi generasi muda harus menjadi agenda utama setiap pemimpin dan calon pemimpin bangsa ini, alasannya yaitu di tangan generasi muda lah terletak masa depan yang diperlukan lebih baik dari masa kini.
اللهُ اَكْبَرْ (3×)
Ma’aasyiral Muslimin RahimakumulLah.
Kedua, yang menjadi pelajaran dari profil Nabi Ibrahim AS. dan keluarganya yaitu keharusan mempertahankan dan memperkokoh idealisme sebagai seorang mu’min yang senantiasa berusaha untuk berada pada jalan hidup yang benar, apapun keadaannya dan bagaimanapun situasi dan kondisinya. Begitulah memang, yang telah ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS dan keluarganya dalam mempertahankan dan memperjuangkan ideologi Tauhid dengan hujjah, argumentasi atau alasan yang kuat. Dalam sejarah Nabi Ibrahim, kita dapatkan dia menghancurkan berhala-berhala yang biasa disembah oleh masyarakat di sekitarnya, ketika itu Ibrahim yaitu seorang anak remaja, sebagaimana yang tercermin dalam firman Allah SWT yang menceritakan hal ini: (الأنبياء: 58-60)

58) فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلاَّ كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ

59) قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ

60) قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ

“Maka Ibrahim menciptakan berhala-berhala itu hancur terpotong-potong, kecuali yang terbesar dari patung-patung yang lain, semoga mereka kembali ( untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: Siapakah yang melaksanakan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan sembahan kami, sebetulnya dia termasuk orang-orang yang zalim. Mereka berkata: Kami dengar ada seorang anak cukup umur yang mencela tuhan-tuhan ini, namanya Ibrahim”.

Untuk mempertahankan idealismenya ini, Ibrahim bahkan siap untuk terus berjuang hingga mati, meskipun harus berjuang di wilayah lain, ia menyebut dirinya sebagai orang yang pergi (berhijrah) kepada Allah SWT, Tuhannya Yang Esa. Dalam hal ini Nabi Ibrahim menyatakan di hadapan orang-orang kafir: (الصافات: 99)
وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ

” Dan Ibrahim berkata: Sesungguhnya saya pergi (berhijrah) kepada Tuhanku dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku”.

Oleh alasannya yaitu itu, idealisme yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim AS tidak hanya ketika ia masih muda belia, tapi bandingkan dengan suatu bencana yang amat menakjubkan, ketika Ibrahim diperintah oleh Allah SWT untuk menyembelih puteranya, Ismail, dalam bencana pengorbanan yang sangat populer itu, ketika itu Ibrahim sudah sangat tua, sedangkan Ismail yaitu anak kesayangannya yang sangat didambakan semenjak lama. Maka Ibrahim pun melaksanakan perintah Allah SWT yang terasa jauh lebih berat dari sekedar menghancurkan berhala-berhala di masa mudanya. Ini memperlihatkan kepada kita bahwa Nabi Ibrahim AS mempunyai idealisme sekaligus loyalitas dan totalitas yang tinggi kepada Allah semenjak masih muda hingga ia sudah tua. Dan inilah yang amat dibutuhkan dalam kehidupan di negeri kita, jangan hingga ada generasi yang pada masa mudanya menentang kezaliman, tapi ketika ia berkuasa pada usia yang lebih bau tanah justeru ia sendiri yang melaksanakan kezaliman yang dahulu ditentangnya itu. Jangan hingga ada generasi yang semasa muda menentang korupsi, tapi ketika ia berkuasa di usianya yang sudah semakin bau tanah justeru ia sendiri yang melaksanakan korupsi padahal dahulu sangat ditentangnya. Dalam kehidupan sekarang, kita dapati banyak orang yang tidak bisa mempertahankan idealisme atau dengan kata lain tidak istiqomah sehingga apa yang dahulu diucapkan dan diperjuangkan tidak tercermin dalam langkah dan kebijakan hidup yang ditempuhnya, apalagi hal itu dilakukan alasannya yaitu terpengaruh oleh perilaku dan prilaku orang lain, sobat sejawat atau kelompoknya yang tidak baik. Karena itu, Rasulullah SAW, mengingatkan dalam haditsnya:

عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً تَقُولُونَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَا تَظْلِمُوا قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ

رواه الترمذي

Janganlah kau menjadi orang yang ikut-ikutan dengan mengatakan, kalau orang lain berbuat baik kami pun berbuat baik dan kalau mereka berbuat zalim kami pun akan berbuat zalim. Tetapi teguhkanlah dirimu dengan berperinsip: jikalau orang lain berbuat kebaikan kami berbuat kebaikan pula dan kalau orang lain berbuat kejahatan maka janganlah kau berbuat zalim (seperti mereka).

اللهُ اَكْبَرْ (3×)
Jamaah Shalat ‘Ied yang dimuliakan Allah.

Ketiga, dari sekian banyak ‘Ibrah dari langsung Nabi Ibrahim dan keluarganya yaitu pelajaran ihwal kepemimpinan (Imamah). Di mana Allah telah menentukan Nabi Ibrahim sebagai pemimpin bagi umat insan atas banyak sekali prestasinya yang gemilang dalam banyak ujian yang telah dilaluinya. Dalam hal ini Allah menyebutkan dalam Al Qur’an:

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

(البقرة: 124).

” Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), kemudian Ibrahim menunaikannya secara sempurna. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu pemimpin bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman: ” Janjiku ini tidak meliputi orang-orang yang zalim”.

Ujian Allah terhadap Nabi Ibrahim AS. cukup banyak, diantaranya, perintah untuk berdakwah memurnikan ketauhidan ummat insan yang telah terkotori oleh perbuatan syirik (menyekutukan Allah), perintah menyembelih puteranya Ismail, membangun Ka’bah dan membersihkan Ka’bah dari kemusyrikan, menghadapi raja Namrudz dan lain-lain. Selanjutnya Allah mengangkat Ibrahim sebagai pemimpin bagi manusia. Pemimpin yang menjadi tauladan yang baik dan berlaku bijak dan adil terhadap rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin insan di bidang misi risalah yang diembannya dari Allah SWT, di bidang kehidupan beragama, politik, hukum, ekonomi dan lain-lain. Pemimpin yang berjuang untuk mengangkat martabat rakyatnya semoga menjadi bangsa yang punya ‘izzah, berwibawa di mata Allah dan di dalam percaturan dunia. Tetapi Nabi Ibrahim berharap semoga kepemimpinannya itu kelak akan diwariskan kepada anak cucunya, tetapi Allah memperlihatkan ketentuan bahwa Imamah atau kepemimpinan ini tidak akan diberikan-Nya kepada orang-orang yang berbuat zalim; zalim terhadap dirinya dengan berbuat syirik (menyekutukan) kepada Allah, atau berbuat zalim kepada umat insan dengan cara mengkhianati amanah yang telah dipercayakan kepadanya. Di dalam sejarah, kita mengenal banyak nabi dan rasul yang diutus oleh Allah untuk menjadi pemimpin insan dari anak keturunan Nabi Ibrahim AS, dan yang terakhir yaitu Nabi kita Muhammad SAW. Tapi tidak jarang dari anak keturunan Ibrahim yang berlaku zalim menyerupai orang-orang Yahudi dan bangsa Arab Jahiliyah yang tidak bisa mewarisi misi dakwah yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS, yang kesudahannya Allah menghinakan mereka.

Di dalam kehidupan kekinian, cukup relevan untuk dikemukakan bahwa di dalam menentukan pemimpin haruslah kita berhati-hati, jangan hingga kita menentukan orang yang zalim sebagai pemimpin kita; alasannya yaitu sudah sanggup dipastikan Allah akan menghancurkan orang-orang yang zhalim, dan kita yang memilihnya pun akan ikut binasa. Allah berfirman:

فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ

(إبراهيم: 13).

“..maka Tuhan mewahyukan kepada para rasul: Kami niscaya akan membinasakan orang-orang yang zhalim”. (Ibrahim:13).

Dan di akhirat, para pemimpin yang zalim dan para pemilih dan pengikutnya akan sama-sama disiksa di neraka dengan azab yang sangat pedih. Mari kita simak firman Allah berikut ini:

66) يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَالَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولاَ

67) وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلاَ

68) رَبَّنَا ءَاتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا

(الأحزاب: 66-68).

“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan (atau disate) di neraka, mereka berkata, ‘alangkah baiknya seandainya kami taat kepada Allah dan taat pula kepada Rasul. Dan mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, sebetulnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, kemudian mereka menyesatkan kami dari jalan kebenaran. Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”.

Kepemimpinan di dunia ini memang terkadang jatuh ke tangan orang-orang yang zalim jawaban lemahnya orang-orang yang shaleh, padahal orang-orang shalehlah yang paling berhak menjadi pemimpin di muka bumi ini. Allah berfirman:

(أن الأرض يرثها عبادي الصالحون* الأنبياء: 105)

“..Sesungguhnya bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang shaleh“.

Berbagai prilaku besar kepala yang dipertontonkan oleh orang-orang zalim di dunia kini yaitu jawaban dari kelemahan orang-orang shaleh, praktek-praktek jelek menyerupai korupsi, kolusi, nepotisme dan banyak sekali ketidak adilan dalam pemerintahan yang dilakukan orang-orang yang zalim yaitu jawaban dari lemahnya orang-orang yang shaleh. Karena itu orang-orang yang beriman haruslah menentukan orang yang shaleh yang mempunyai visi dan misi kepemimpinan sebagaimana misi kepemimpinan nabi Ibrahim, yakni misi dakwah dan reformasi di semua sektor kehidupan. Barangsiapa yang menentukan orang zalim sebagai pemimpinnya, maka ia ikut bertanggung jawab atas semua kezalimannya di hadapan mahkamah Allah SWT dan bertanggung jawab juga kepada rakyat.
Untuk menentukan pemimpin yang shaleh, kita sanggup melihat track record kepribadiannya di masa lalunya, secara vertikal ia harus baik kekerabatan ibadahnya kepada Allah SWT, dan secara horisontal ia selalu berbuat adil dan bijaksana serta penuh kasih sayang dan berakhlak baik kepada sesama manusia. Kondisi budbahasa dan pendidikan keluarga dan anak-anaknya. Karena atas dasar inilah Nabi Ibrahim dipilih oleh Allah SWT. sebagai imam (pemimpin) bagi semua manusia. Hanya dengan kejelian dan penuh rasa tanggung jawab kita dalam menentukan pemimpin yang shalih, beriman dan bertakwa serta mempunyai pengabdian yang tinggi kepada Sang Khalik, di samping berakhlak mulia dan penuh kepedulian kepada sesamanya, negeri ini diperlukan sanggup keluar dari krisis multidimensi, dan menjadi negeri yang penuh berkah dan maghfirah dari Allah SWT. “Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofuur”.

Ma’aasyiral Muslimin RohimakumuLlah.
Dari uraian khutbah kita yang singkat pada pagi ini, sanggup kita simpulkan bahwa sebagai seorang Muslim kita sangat dituntut untuk memperlihatkan akad atau keterikatan dan loyalitas kita kepada Allah SWT. dengan menegakkan nilai-nilai Islam yang telah diturunkan-Nya, sebagai apapun kita dan di manapun posisi kita, baik dalam kehidupan berkeluarga, atau bermasyarakat dan berbangsa. Karenanya, Rasulullah SAW berpesan kepada kita semoga selalu bertaqwa kepada Allah SWT di manapun kita berada.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah kedua:


اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِين وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتَكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Itulah Contoh Khutbah Idul Adha Yang Baik dan Benar yang sanggup kami bagikan pada kesempatan ini. Kurang lebihnya mohon maaf. Semoga bermanfaat.
Advertisement

Iklan Sidebar